Tag

, , ,


Sambungan dari edisi 3.

Shale Play di Indonesia

Indonesia juga memiliki potensi yang sangat besar akan keberadaan shale play. Pemerintah Indonesia berusaha mendorong para investor untuk terus mengembangkan potensi shale play dalam negeri.  Keseriusan tersebut dituangkan dalam bentuk UU no.05 Tahun 2012 tentang nonkonvensional hidrokarbon.

Besarnya sumber daya spekulatif shale gas Indonesia diprediksi mencapai 547 TCF (Badan Geologi, 2013), yang tersebar di berbagai cekungan, yaitu: 194 TCF di Pulau Kalimantan, 90 TCF di Papua, 48 TCF di Jawa, dan 233 TCF di Sumatra, dan 9 TCF lagi tersebar di berbagai kepulauan nusantara.

Revolusi shale play di Indonesia terasa jalan di tempat, hanya beberapa perusahaan yang sudah mengambil inisitif untuk mengembangkan shale play ini. Permasalahan utama yang muncul adalah belum adanya regulasi yang baik dalam upaya memberikan keamanan investasi oleh pemerintah ke investor. Investasi yang mahal dan regulasi yang belum jelas menyebabkan investor hanya diam dan menunggu adanya perubahan regulasi dan insentif.

Secara geologi, perbedaan umur yang sangat mencolok antara shale play yang ada di US dan Indonesia menurunkan tingkat keyakinan kesuksesan shale play di Indonesia. Investor ragu, akan kemampuan batuan untuk direkahkan karena umurnya yang terlalu muda berbeda dengan di US yang umur batuannya cenderung tua dan lebih mudah direkahkan. Kuantitas rekahan batuan sangat menentukan besarnya gas yang bisa diproduksikan tiap harinya.

Permasalahan lain yang muncul berupa mahalnya teknologi yang diperlukan untuk memproduksikan shale play ini, seperti sumur horizontal dan rekayasa rekahan. Pengeboran sumur secara horizontal dan rekayasa rekahan diperlukan untuk mengoptimalkan pengurasan lapangan shale play tersebut. Diperlukan biaya yang tidak sedikit untuk mengaplikasikan teknologi tersebut. Biaya investasi yang tinggi diikuti oleh pengembalian keekonomian yang lama menyurutkan semangat investor.

Selain itu, isu lingkungan juga harus dicermati dengan baik. Rekayasa rekahan yang dilakukan pada lapisan target shale play dapat memicu terjadinya gempa kecil di area sekitar lapangan shale play tersebut. Selain itu, air yang ikut mengalir pada saat pengurasan hidrokarbon ditakutkan akan menjadi permasalahan lingkungan lagi.

Blok shale play pertama di Indonesia dimiliki oleh Pertamina dengan Blok Sumbagut. Kemudian pada tahun 2014, pemerintah menetapkan tambahan satu blok shale play yaitu: Blok Kisaran yang dikuasai oleh NZOG, Bukit Energy (Canada) dan Pacific Oil&Gas (Rigzone, 2014).

Semoga Pertamina, NZOG, Bukit Energy, dan Pacific Oil&Gas dapat menjadi pioner kesuksesan revolusi shale play di Indonesia sesukses di US. Amin. Tak dapat dipungkiri, shale play adalah masa depan Indonesia.

 Semua referensi dari tulisan edisi 1 hingga ke 4 seperti terlampir dibawah.

Referensi:

http://www.bloomberg.com/news/2014-06-02/det-norske-will-buy-marathon-s-norwegian-assets-for-2-7-billion.html

http://www.epmag.com/Technology-Operations/Nigeria-Loses-Key-Market-Oil_135311

http://www.rigzone.com/news/oil_gas/a/133690/Indonesia_Awards_Second_Shale_Gas_Block_To_Three_Foreign_Firms?rss=true

Badan Geologi., 2013. Unconventional Oil and Gas Potential in Indonesia with Special Attention to Shale Gas and Coal-bed Methane. KESDM

EIA, dan ARI.,2013. World Shale Gas and Shale Oil Resource Assessment

Morgantown Energy Technology Center. 1980. Unconventional Gas Resources: A Research Program in Cooperation with Industry to Reduce the Uncertainties Associated with the Size of the Resources and the Methods of Extraction. DOE/NBA—3008922, Morgantown, WV.

National Research Council (NRC) 2001. Energy Research at DOE: Was It Worth It? Energy Efficiency and Fossil Energy Research 1978–2000. Washington DC: National Academy Press.