Pembahasan tentang shale play akan berkaitan dengan unconventional hydrocarbon atau unconventional reservoir. Unconventional reservoir adalah sebuah term umum digunakan untuk menggambarkan reservoar berpermiabilitas sangan rendah (lebih rendah dari 0.1 mD) dan dibutuhkan rekayasa keteknikan untuk memproduksi hidrokarbon dari reservoir tersebut, contohnya adalah shale gas, coalbed methane, tight sand, tight carbonate. Sedangkan yang dimaksudkan dengan shale play (shale oil & gas) dapat didefenisikan sebagai hidrokarbon yang terbentuk insitu di batulempung yang kaya material organik, dengan batulempung (shale) yang kaya material organik bertindak sebagai batuan sumber (source rock), reservoar, dan batuan penutup (seal), dan dibutuhkan fracturing (perekahan) untuk memproduksi hidrokarbon tersebut.
Sejarah Shale Play
Sejarah awalnya, shale play ini berkembang di US yang dimulai pada tahun 1825 diawali dengan ekstraksi gas dari shale untuk pertama sekali. Sayangnya, kondisi tekhnologi dan perekonomian saat itu tidak mendukung pengembangan lebih lanjut untuk skala industri dikarenakan biaya tekhnologi yang mahal dan harga gas yang sangat murah.
Pada tahun 1973, US menghadapi krisis energi akibat embargo minyak dan gas yang dilakukan oleh negara timur tengah. Embargo ini membuat US sadar nilai vital pengamanan cadangan energi nasional. Belajar dari kesalahan tersebut, US melakukan riset secara besar-besaran untuk memetakan cadangan sumber daya energinya dan tekhnologi untuk memproduksi energi tersebut, salah satunya adalah shale gas. Riset ini dilakukan oleh National Research Council (NCR, 2001) dan Morgantown Energy Technology Center (1980). Hasil riset tentang shale gas ini menemui banyak hambatan seperti kurang majunya tekhnologi yang ada, harga gas yang murah, dan kebijakan fiskal US.
Pengembangan shale gas kemudian dilanjutkan oleh Mitchell Energy yang merupakan pioner shale gas di US. Usaha mereka diawali di Barnet Shale, Texas. Kesuksesan mereka menginspirasi industri migas US untuk mengembangkan shale gas. Turunnya produksi gas alam secara konvensional, harga gas yang tinggi, tekhnologi yang semakin canggih, dan perekonomian stabil, membuat shale gas booming di US.
Bersambung ke edisi 2